Selasa, 20 November 2012

"RENUNGAN DIRI KETIKA AJALKU TIBA"







Nafasku mulai tersengal-sengal,
Serasa sudah berada di ujung tenggorokan,
Keringat dingin mulai mengucur di sekujur tubuhku,

Aku terus berjuang menahan dan melawannya,
Betapa sakitnya,
Tak terbayangkan sebelumnya sakitnya sakratul maut yang kuhadapi,

Akhirnya ajalku tika,
Maka terbanglah rohku meninggalkan jasadku,
Aku terbujur kaku dan hanya ditutupi selembar kain,
Jasadku kini sudah tak bernyawa,
Jasadku kini sudah tak berharga,
Orang-orang yang dulu menyayangiku kini sudah tak sudi lagi bersama,
Aku hanya menatap pasrah tangisan orang-orang yang pernah aku kasihi.

Ingin rasanya aku ikut menangis,
Ingin rasanya aku menjerit sekeras-kerasnya.
Tapi aku sudah tak mampu lagi berkata-kata,
Aku belum siap mati,
Aku ingin hidup kembali.

Tak berapa lama,
Perlahan orang-orang mengangkatku,
Menuju tempat pemandian terakhirku,
Memandikan jasadku,

Ya Allah,
Terasa dingin sekali,
Aku meratap memelas minta guyuran air dihentikan,
Tapi orang-orang sudah tak menggubrisku,
Tapi orang-orang sudah tak mendengarku,
Aku hanya bisa pasrah.
Sudah tak bisa berbuat apa-apa.

Kini aku telah dikafani,
Dengan sebuah kendaraan terakhirku,
Yaitu sebuah Keranda tua,
Aku dibawa ke sebuah Mushalla,
Lalu aku segera dishalatkan,

Begitu selesai,
Dengan langkah-langkah cepat orang-orang mulai memikul kerandaku menuju sebuah pemakaman.

Aku berteriak..!!
Aku menjerit..!!
Aku menangis sejadi-jadinya,
Aku meratap memohon kepada orang-orang agar membiarkan jasadku jangan dikubur dulu,
Aku masih ingin berlama-lama di rumah duniaku,
Aku masih ingin memandangi orang-orang yang kukasihi.

Tapi orang-orang sudah tak mempedulikan pintaku,
Mereka semakin cepat memikul kerandaku,
Mereka semakin jauh meninggalkan rumahku,
Aku hanya mampu terisak kaku dengan sejuta penyesalan yang telah banyak menyia-nyiakan hidupku,

Aku kembali menjerit,
Setelah melihat liang lahat yang akan menjadi rumah baruku,
Perlahan orang-orang membopong jasadku,
Dan memasukkan tubuhku ke dalam tanah.
Perlahan pula mereka mulai menutupi kuburanku dengan tumpukan tanah.

Aku menjerit,
Tempatku mulai gelap.
Pengap.
Dan panas.
Yang kulihat hanya kegelapan,

Akhirnya
Aku hanya mendengar derap langkah-langkah orang yang meninggalkanku.

Aku sendirian sekarang,
Di tempat yang begitu gelap dan terasa panas tanpa aliran udara sedikitpun.
Terasa pengap!
Ketakutanku kini mulai menghantuiku,

Takut akan menyambut datangnya Malaikat Munkar dan Nakir.
Yang akan menanyai segala amal perbuatanku,
Tentang shalatku,
Tentang puasaku,
Tentang semua yang telah kulakukan semasa hidupku.

Aku semakin gemetar membayangkan kemaksiatan yang telah aku lakukan semasa aku hidup,

Aku jarang shalat,
Aku sering mengumbar hawa nafsu,
Aku tak pandai menjaga kehormatan,
Aku suka membantah kepada orang tua,
Aku suka menertawakan orang yang beribadah,
Dan masih banyak lagi kemaksiatan-kemaksiatan yang telah aku perbuat.

Menyesalpun kini sudah tiada guna bagiku.

Yaa Allah,
Ampunilah dosa-dosa hamba-Mu ini.

"Astaghfirullah Rabbal Baraya, Astaghfirullah Minal Khathaya"

(Teruntuk Diriku Yang Masih Berlumuran Dosa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar